NEWS
DETAILS
Minggu, 10 May 2020 07:28 - Ikatan Motor Honda Jawa Barat

Kawan-kawan.... Tradisi titipan leluhur yang dijalani oleh warga Kasepuhan Ciptagelar di jaga oleh tatanan adat istiadat sebagai ciri kebudayaan yang telah di jalankan sejak tahun 1368, merupakan siklus hidup dan kehidupan dari waktu ke waktu dalam setiap tahunnya, dari awal hingga berakhir nya tidak pernah berubah.

Siklus tahunan yang berlangsung adalah;
NGASEUK, adalah tradisi tahunan yang mengawali siklus hidup warga kasepuhan bisa di artikan sebagai proses Penanaman padi, atau Ngaseuk juga berarti sebagai Waktu penanaman padi. Yang dalam pengertian sesungguhnya Ngaseuk adalah  menanam padi di huma (lahan kering) dengan menggunakan Aseuk ( tongkat berujung lancip) untuk melubangi tanah sebagai tempat padi di tanam.

MIPIT, artinya Panen padi, adalah waktu yang disebut Metik Hasil Ngala Buah, mengambil hasil dari apa yang kita tanam sebelumnya.
Di dalam prosesi memetik padi di kasepuhan, ada tiga tahap keadatan yang dijalani yakni,

  • Prosesi MABAY, yang dilaksanakan di waktu sore hari menjelang matahari tenggelam di lahan Huma dan peswahan yang akan di lakukan proses panen padi di keesokan harinya. Apakah itu Mabay? sebut saja prosesi menandai padi yang akan dipetik dengan cara mengikatkan daun padinya.
  • Prosesi MIPIT, ini dilaksanakan di waktu pagi hari sebelum matahari meninggi, sebuah prosesi memetik padi yang telah di tandai pada waktu Mabay, dipotong dengan menggunakan Etem (ani-ani / Ketam) dengan jumlah padi yang di petik cukup sekepal tangan saja dalam prosesi ini. lalu,
  • Proses DIBUAT yaitu panen padi secara umumnya memetik padi oleh siapapun baik laki laki dan perempuan, orangtua dan anak anak menggunakan Etem. Kemudian diikat dan di gantung di tempat penyimpanan sementara yang di sebut dengan Lantayan hingga waktu memetik padi selesai.

NGANYARAN atau prosesi mencicipi hasil panen dari padi yang ditanam di tahun itu, prosesi makan nasi pertama kali darai beras anyar padi anyar ini di awali oleh Kasepuhan dalam hal ini Abah dan Emak di pusat Kasepuhan, yang di saksikan oleh keluarga besar kasepuhan dengan para baris kolot dan para sepuh Lembur dari 568 perkampungan, di ramaikan dengan semua Seni pertunjukan tradisi kasepuhan yang ada. Sebuah pesta makan besar dengan jumlah lauk pauk sekomplitnya yang bisa dan yang memungkinkan di sajikan.

PONGGOKAN atau Serah Ponggokan. secara linguistik bahasa ini tidak umum di dengar, tetapi kata Ponggok adalah Pungguk , pungguk adalah batas antara badan dan kepala, atau leher. kalau kata Pungguk berarti leher, maka yang diserahkan adalah Ponggok nya, kalau Pungguk secara fisiknya, maka Ponggok yang nonfisik nya. yaitu isi dari leher adalah Nyawa – Jiwa, prosesi Serah Jiwa kita sebagai anak kepada Orang tua ( sepuh) sebagai bukti berbakti kita datang dari orang tua. dalam hal ini, waktu kehidupan tahunan akan berakhir yang nanti ditandai dengan Serentaun, maka menjelang berakhirnya waktu ini di tandai dengan Serah Ponggok atau serah Jiwa kepada orang tua, maka dalam prosesi Ponggokan ini ada,

– Serah Jiwa Manusa
– Serah Jiwa Hewan
– Serah Jiwa Kendaraan ( Kuda) ,
kegiatan Ponggokan juga bisa dikatakan waktu sensus data warga kasepuhan untuk jumlah warga laki laki dan perempuan, jumlah Rumah, Jumlah Leuit (Lumbung padi), Jumlah hasil panen, jumlah hewan peliharaan, jumlah kendaraan, jumlah mesin mesin yang digunakan oleh warga kasepuhan, hingga pengumpulan iuran warga untuk biaya akhir tahun Pesta Panen Serentaun.

SERENTAUN adalah waktunya Serah Taun, waktu menyerahkan siklus hidup setahun berikut segala isi hidup itu sendiri, karena waktu setahun ini telah usai yang terbukti dengan hasil hdiup pertanian padi, maka Serentaun adalah Pesta Panen, sebuah kegiatan pesta kemeriahan warga adat kasepuhan sebagai bukti bersukur akan hasil yang di dapat, di ungkapkan dalam bentuk Selamat dan sukuran.

RELATED
NEWS
TOP 5 NEWS
TWITTER
FACEBOOK